Senin, 26 Mei 2008

Ikhlas dan mengikhaskan

Gini nih nasib orang yang kalau mau menggunakan internet pas jam kerja secara memanfaatkan fasilitas kantor sih bisanya. Habisnya kalau ke warnet pastinya ribet deh bawa-bawa hegel dan perabotannya. hehehehe. Dan lagi saya harus cuti selama sebulan untuk memulihkan fisik dan mental saya. Saya mau cerita soal peristiwa hidup saya yang baru saya alami dan saya syok menghadapinya. Ini soal kandungan saya. Ini soal janin saya. ini soal bayi saya. Ini soal tanggal 24 April.

Ceritanya pada tanggal 23 April, saya tidak melihat ada ganjil dalam tanggal itu, karena saya menjalaninya seperti biasa. Bangun pagi, main sama hegel, berangkat ke kantor, kerja dan pulang ke kantor. Di kantor saya sempat ngobrol dengan teman sekantor soal tendangan anak saya di dalam perut saya dan betapa senangnya saya bahwa hari ini saya akan di USG. Jadi saya sudah tidak penasaran lagi soal keadaan janin saya. Terus terang saya sempat was-was karena saya takut ada apa-apa dengan janin saya secara dalam proses kehamilan ini saya masih minum pil kb.

Saya pulang ke rumah dulu dan menunggu suami untuk berangkat ke dokter barengan tapi karena suami pulang malam jadi saya putuskan untuk kontrolnya hari senin saja. Tapi setelah saya menidurkan hegel ada sesuatu dalam diri saya. Saya mengeluarkan banyak sekali darah segar. Deg... ada apa ini.

Terus terang seperti yang saya tulis di blog 2 bulan lalu bagaimana saya awalnya belum bisa menerima ketika saya harus hamil lagi dikarenakan beberapa faktor. Mengenai hegel yang menurut saya masih kecil. Mengenai kekuatan perekonomian yang menurut saya masih belum mapan secara kita baru terbebas lilitan hutang dari kartu-kartu kredit. Mengenai ketidaksiapan saya untuk membagi kasih sayang antara untuk hegel, bayi kami, suami dan untuk diri sendiri.

Namun setelah instropeksi diri dan menyiapkan mental saya yakin bahwa saya bisa menjalankan ini dan ini adalah rejeki yang diberikan Allah untuk kami seperti Allah memberikan Hegel kepada kami.

Saya teringat waktu saya sedang mengandung hegel, disaat masalah bertubi-tubi datang ke kami dan bayangan saya bahwa anak saya akan menjadi anak yang tertekan dengan kondisi kami. Tapi apa yang terjadi. Hegel adalah berkah bagi. Hegel adalah rejeki bagi kami. Hegellah yang mengantarkan kami untuk menjadi orang tua yang tenang, kuat dan selalu bersama-sama. Dan menurut kami Hegellah yang menuntun kami menemukan jalan untuk menyelesaikan masalah-masalah kami dan akhirnya masalah kami satu bersatu terselesaikan. Walaupun kami tahu masalah kami akan muncul lagi di masa depan dengan bentuk yang berbeda. Tapi setidak-tidaknya kami punya pengalaman bagaimana menghadapinya nanti. hehehhe...

Nah lanjut soal kandungan saya ini, dimana saat saya sudah menerima dengan ikhlas dan saya siapkan mental saya untuk menyambut kehadiran buah hati kami. Seperti saya biasakan kepada hegel untuk memanggil dirinya bukan ade lagi tapi abang. Walaupun dia masih tetep menyebut dirinya sendiri sebagai ade tapi tetap saya biasakan. Lalu saya katakan juga bahwa akan ada ade kecil dan dia sangat sayang dengan adenya. Hegel selalu menyiumi perut saya di saat saya tidur, berangkat kerja ataupun pulang kerja dan itu berlaku juga untuk keponakan yang lain-danang dan acha.

Namun disaat saya sudah ikhlas dan menerima kehadiran buah hati kami lalu apa yang terjadi kandungan saya baru 6 bulan tapi saya harus melahirkan yang prosesnya sama dengan waktu melahirkan hegel. Saya mengalami namanya mules, kontraksi yang mungkin ini disebutnya pembukaan, pecahnya ketuban dan akhirnya keluarnya bayi saya.

Inilah kesedihan saya bayi saya tidak menangis seperti hegel ketika lahir dulu. Saya tidak mendengarnya dan semua orang tidak ada yang mendengar. Ya.... anak saya telah meninggal di dalam perut saya. Yah Muhammad Aditya Drajat dengan berat 8 ons telah meninggalkan kami pada tanggal 24 April 2008 di RS. Tria Dipa. Allah lebih sayang kepadanya. Walaupun berat karena saya sudah menerima janin saya ini dengan ikhlas tapi saya harus mengikhlaskannya karena saya yakin Allahlah yang berhak merawat anak laki-laki kami.

Tidak ada komentar: