Senin, 28 Januari 2008

Dasyatnya berita kemaren....

Sebenarnya saya males untuk menulis yang ada hubungannya dengan Soeharto lagi. Apalagi berita di berbagai media sudah mengupas habis soal dia. Dan karena saya tau idiologi media adalah berita yang layak di jual saja. Yah sudah saya hanya bisa menikmati sirkus media seperti status bos saya di YM. Terlebih dari itu saya sudah senang karena Allah telah mengabulkan doa saya.

Tapi dalam perjalanan pulang kemaren, saya tadinya males banget ikut nimbrung percakapan teman sekantor saya tapi karena percakapan merekalah akhirnya saya harus ikut nimbrung. Seperti ini nih percakapannya:

.................................... (percakapan ga penting males ah nulisnya. Cuma bahas soal pengusiran Mayang Sari) lalu tiba-tiba teman saya bicara

AAA : Sebenarnya presiden itu bagusnya dari militer yah. Pertama negara jadi aman dan tentram

BBB : Iya kaya dulu tuh ga banyak pengemis, kejahatan, ekonomi juga stabil.

Sari : Kok mau sih dipimpin saya militer. Bukannya militer itu selalu mengambil tindakan dengan kekerasan dan intimidasi.

BBB : Ya iya lah kalau salah yah harus di hukum

................................. (males banget dengerin karena mereka selalu membanggakan soal kepemimpinan militer dan soal soeharto)

BBB : Soeharto itu hebat loh. Waktu dia menjabat keadaannya ga kaya gini2 banget.

Sari : Bukannya sesuatu terjadi karena ada sebabnya. Gw sih sepakat kalau Soeharto itu baik. Tapi ada sisi buruknya dan itu jangan di lupain dong.

BBB : yah ela ri semua orang juga kaya gitu bukan

Sari : Ini Beda kalau dia seorang pemimpin. Dia yang bertanggung jawab atas semuanya karena apa kebijakan dan sistem yang dibuat pastinya karena perintah minimal seijin dia.

BBB : Bukannya semua pemimpin begitu. Terus kalau sudah mati terus mau di apain. Lagian dia tuh dah di adili sama Tuhan.

Sari : Lah kok jadi ngurusin kerjaan Tuhan sih. Biarin aja Tuhan mau ngapain dia mau di hukum atau disayang itu mah urusan Tuhan. Urusan kita disini gimana caranya tuh agar perbuatannya di dunia di pertanggung jawabkan. Kalau proses pidananya dah gugur karena dia sakit dan akhirnya meninggal kan ada proses lainnya. Gw juga yakin kok Soeharto ataupun keluarganya ga mau nama baiknya tercoreng. Makanya hukum itulah yang menjadi pegangan walaupun hukum disini buruk banget tapi kan ada usaha.

BBB: Yah elah emang lo percaya sama hukum disini. Tapi dulu itu keadaannya enak banget. Beli bensin disini 500 perak tapi di malaysia dah 5000. Inikan gila. Udah gitu Kalau gw ke luar negeri kaya ke Malaysia atau Singapore orang seperti melecehkan dari Indon yah....

AAA : Iya ini cerita kenyataan loh supir bis pernah ngomong sama saya kalau pendapatan dulu dia hanya 30 ribu tapi bisa hidup dengan nyaman.

Sari : Ya iyalah dollar aja dulu berapa. Gw aja naik bis aja waktu ke sekolah dengan duit 200 perak bisa PP. Tapi coba deh sekali lagi liat kalau kondisi ini di buat sama pemerintah pada zaman dulu hanya untuk membuat kita "tenang". kita diberikan subsidi di bidang apapun terus akhirnya apa yang terjadi kita menjadi bangsa yang malas. Padahal dulu kalau kita sudah di gembleng terus mungkin saat ini Indonesia tetap jaya mungkin Malaysia akan kalah. Kalau keadaan sekarang ancur banget karena coba deh hutang kita dah berapa 200 triliun yang di tinggalin trus kita mau hutang lagi. ke IMF gitu bukannya kita malah cuma jadi boneka. Keadaan ini karena hutang jaman dulu. Trus kalau kita hutang lagi trus cucu kita deh yang bakal merasakan lagi keadaan ini

BBB : yah elah ngapain sih ngomongin yang akan datang sekarang aja dah ribet. Tapi malaysia bisa hebat kok. Udah deh males banget deh bahas Indonesia. Kalau boleh mimilih gw tuh males banget tinggal di sini.

Sari : (dalam hati yah udah loe tinggal aja di Malaysia. cuma di dalam hati karena nih orang tipe orang yang mau menang sendiri) Tapi Malaysia ga ada demokrasi. Sama di Indonesia pada zaman dulu. Ada yang beda sedikit aja pasti di tendang. Kaya disini ada yang beda dikit aja langsung deh di culik. Ada yang aneh dikit aja di tembak.

Maaf nih diskusi di putus dulu saya dah harus turun..... (dalam hati pasti gw bakalan di cela deh sama mereka. Pasti mereka pikir gw kurang kerjaan)

Sampai di rumah saya jadi merinding sendiri. Betapa semuanya jadi sangat berat. Saya jadi ingat ketika teman sekampus saya harus meninggal dengan cara yang tidak manusiawi. Dia di tembak. Iya Sigit Prasetyo dari kampus YAI dan teman-teman lain dari kampus lainnya harus meninggal a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tragedi_Semanggi"> dalam tragedi semanggi. Dan betapa heroiknya disaat saya mengantarkan ke tanah kusir. lagu gugur bunga dinyanyikan, kita semua memakai almamater yang berwarna karena Sigit bukan hanya milik YAI tapi milik semua kampus. Dia pahlawan bagi kami.

Dan saya ingat semua orang pada saat itu mendukung apa yang dilakukan oleh mahasiswa dan rakyat. Media begitu peduli terhadap apa yang di lakukan oleh mahasiswa. Semua orang menghujat Soeharto termasuk media. Dari Mahasiswa, tokoh muda dan tua, rakyat berkumpul jadi satu dan ketika Soeharto melakukan pidato pengunduran dirinya mereka semua menangis, berpelukan, tepuk tangan, teriak dll.

Tapi apa yang terjadi sekarang setelah 10 tahun berlalu dan ketika soeharto benar-benar meninggalkan kita. Media dari tanggal 27 jam 1.30 sampai hari ini memberitakan kematian soeharto secara berlebihan menurut saya. Soeharto meninggal pada tanggal 27 Januari 2008 jam 1.10 di rspp pada umur 86 karena sakit. Media bukan hanya memberitakan soal sakit dan prosesi pemakamannya. Bagaimana ribetnya mengantar jenajah ke Giri Bangun-karanganyar-Solo, Persiapan, SBY sebagai presiden, JK dan para menteri belum lagi keluarga dan kerabat sampai-sampai harus mempersiapkan 17 pesawat lebih dan media lagi-lagi memberitakan bagaimana kehebatan Soeharto dan tidak seimbang. Sedikit sekali pemberitaan mengenai perbuatan keji yang dilakukannya semasa memimpin. Bukannya ada pembunuhan massal, penculikan, penembakan misterius, penyerobotan lahan warga, korupsi yang begitu besar. Kenapa itu tidak diberitakan. Apakah ini adalah hal yang wajar dan sah saja.

Terus siapa dong yang peduli sama korban atas kebijakannyanya. Keluarganya saja. Terus mengikhlaskan kepada tuhan biar tuhan yang akan mengadilinya. Saya sepakat itu tapi bukannya Tuhan membenci umatnya yang hanya berdiam diri. Urusan Tuhan yah biar aja Tuhan yang ngurusin tapi urusan kita disini adalah bagaimana yang salah harus bertanggung jawab. Masa sih seseorang meninggal karena di bunuh dianggap biasa. Terus Munir meninggal dengan cara begitu dianggap wajar. Kasihan sekali Munir. kasihan sekali korban penculikan, kasihan sekali keluarga seperti Sigit, Wawan, Yun Hap dan korban yang lainnya.

Tapi disini sebagai manusia yang mempunyai hati dan perasaan saya mengucapkan Innalilahi Wa Innalillahi Rojion. Semoga amal yang telah kamu lakukan selama ini diterima disisiNya. Amien.....

1 komentar:

jsop mengatakan...

melatih keseimbangan lebih ketat lagi aja mbak.

Artinya persoalan Indonesia agar jadi sejahtera ternyata butuh waktu berkali-kali lipat dengan batasan umur kita yang rata2 80'an.

Artinya sepanjang usia produktif kita yang +/- 30 s/d 40 tahun lamanya harus kita manfaatkan sebaik mungkin.

Perjuangan u/ menegakkan keadilan nggak boleh luntur tetapi juga jangan berharap kita yang akan menikmati hasilnya . Jalani dengan tulus ikhlas apapun yang kita hadapi yang penting kita selalu konsisten pada kewajiban itu sendiri .

Kooperatif dan sikap kompromi memang diperlukan agar hidup kita juga bermakna dan tidak sia-sia . Ukuran benar dan salahnya serahkan pada hati nurani untuk memandunya .

Supaya hati nurani nggak menghilang pergi , seringlah bersilaturahmi dengan orang2 yang menderita / miskin atau teman2 almameter dulu. Jangan sampai lost contact dengan sejarah masa lalu .

salam.